BI Prediksi Dampak Omicron Tak Signifikan ke Ekonomi Kuartal I 2022

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan peningkatan kasus covid-19 varian omicron tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022.

“Dampak omicron ke pertumbuhan ekonomi di kuartal I tentu saja secara keseluruhan tidak berpengaruh secara signifikan,” ujarnya dalam konferensi pers hasil RDG BI periode Februari 2022 secara virtual, Kamis (10/2).

Perry mengatakan pihaknya percaya pemerintah akan bekerja secara maksimal untuk mengatasi lonjakan kasus omicron secara cepat. Ia juga mendukung upaya pemerintah dan menyerukan kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) dengan ketat.

“Ini upaya bersama untuk bisa segera atasi omicron, lindungi masyarakat untuk memulihkan kesehatan dan pulihkan ekonomi kita,” imbuhnya.

Lebih lanjut, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 akan terus meningkat, bahkan bisa mencapai 4,7 persen hingga 5,5 persen.

Peningkatan itu menurutnya bisa tercapai seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, kenaikan ekspor, serta investasi. “Dan tentu saja juga dukungan-dukungan stimulus fiskal dan moneter dari BI,” tandasnya.

Senada, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu juga memperkirakan dampak omicron terhadap perekonomian tidak akan signifikan karena lebih mudah dikendalikan.

“Saat ini dengan data yang kami punya, kami cukup optimis ini kondisi yang bisa dikelola dengan baik. Tentu faktor yang harus kami perhatikan adalah kesiapan fasilitas kesehatan. Di sini peran telemedicine menjadi sangat membantu,” ujarnya dalam Taklimat Media -Tanya BKF, Kamis (10/2).

Menurutnya, dampak penyebaran omicron tidak akan sehebat penyebaran varian delta pada 2021 lalu. Sebab, delta memiliki gejala yang lebih parah sehingga banyak pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit atau ke lokasi isolasi yang disediakan pemerintah.

Febrio mengatakan saat ini Indonesia juga telah memiliki Aplikasi Peduli Lindungi yang dapat langsung mendeteksi pasien terkonfirmasi positif. Pasien tersebut bisa melakukan isolasi mandiri di rumah dan dikirimkan obat-obatan agar segera pulih.

Hal tersebut akan mengurangi tekanan pada fasilitas kesehatan serta kebutuhan merawat pasien di rumah sakit yang relatif mahal.

“Kalau kita bisa kendalikan tidak semua ke rumah sakit dan bisa kendalikan mandiri itu akan jauh lebih baik bagi aktivitas ekonomi dan budget juga” imbuhnya.

Meski demikian, pemerintah tetap mempersiapkan fasilitas kesehatan agar dapat menampung kemungkinan lonjakan pasien covid-19. Dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022, pemerintah juga menetapkan automatic adjustment.

Dengan penetapan itu, setiap kementerian dan lembaga diminta menyisihkan lima persen dari anggaran mereka untuk tidak langsung digunakan.

“Jadi kalau nanti kita butuh untuk realokasi sudah ada dananya sehingga tidak mengagetkan dan tidak menambah waktu untuk menyiapkannya. Jadi fleksibilitas permanen untuk APBN kita,” ucapnya.

Oleh karena itu, Febrio yakin strategi tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi 2022 lebih tinggi dibandingkan 2021 atau mencapai di atas 5 persen (year-on-year).

Dilansir dari laman: cnnindonesia.com

Related posts