Hary Tanoe Ubah Bisnis Maskapai Jadi Perusahaan Batu Bara

Bisnis maskapai MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo, PT Indonesia Transport and Infrastructure Tbk (IATA), mengubah bidang usaha ke sektor batu bara. Perusahaan juga berganti nama menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.

CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan perubahan tersebut menjadi langkah konsolidasi MNC Group untuk merambah sektor energi dan pertambangan. Tadinya perusahaan mengoperasikan maskapai Indonesia Air.

Hary Tanoe, sapaan akrabnya, juga menuturkan perubahan haluan bisnis IATA sudah mendapat restu dari dari pemegang saham. Perusahaan juga telah mengambil alih 99,33 persen saham PT Bhakti Coal Resources (BCR), perusahaan batu bara dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).

“Bidang usaha berubah jadi investment holding company yang memiliki perusahaan di bawahnya, karena ada akuisisi PT BCR,” seperti dikutip dari detikcom, Kamis (10/2).

Ia juga menyinggung bisnis batu bara sedang naik daun karena tingginya harga komoditas berlian hitam itu. Ia mengatakan batu bara sedang memasuki masa keemasan, maka dari itu perusahaan langsung mengambil kesempatan itu.

“Batu bara ini, mulai tahun lalu khususnya semester II dan sampai hari ini sedang memasuki masa emasnya, harganya lagi bagus sekali. Semua grade itu luar biasa peningkatan, dan marginnya sangat besar. Permintaan ekspor juga besar,” kata Hary Tanoe.

Sementara itu, meski perusahaan berganti nama dan mengubah bisnis utamanya, lini bisnis aviasi IATA tak serta merta ditinggalkan. Hary Tanoe menegaskan, bisnis penerbangan itu akan dijadikan anak usaha.

Di sisi lain, Hary Tanoe mengaku IATA selama ini mengalami kerugian terus-menerus. Ia menyebut kerugian telah terjadi sejak 2008. Sebagai perusahaan terbuka pun, Hary Tanoe ingin agar perusahaannya memberikan yang terbaik buat investor.

“IATA sebagai maskapai ini rugi dari 2008, konsisten sampai 2021. Nah, mudah-mudahan di 2022 ini berubah IATA jadi perusahaan solid, besar, dan profitable dengan perubahan bisnis yang dilakukan,” imbuhnya.

Hary Tanoe menambahkan bisnis penerbangan Indonesia saat ini makin berat. Terlebih, pandemi yang belum berakhir membuat jumlah penumpang makin seret.

Dilansir dari laman: cnnindonesia.com

Related posts