Dekat dengan China, Ambisi Thailand Beli Jet F-35 AS Bisa Kandas

Thailand dikabarkan tertarik membeli jet tempur canggih F-35 Amerika Serikat (AS). Meski demikian, kedekatan Thailand dengan China membuat Washington menghadapi dilema sehingga ambisi Negeri Gajah Putih itu bisa saja kandas.

Dalam pertunjukan udara Singapura, Tim Cahill, wakil presiden senior Lockheed Martin, mengonfirmasi keinginan Thailand untuk membeli pesawat tempur F-35 buatan perusahaannya.

Meski demikian, Cahill mengatakan kesepakatan pembelian jet ini merupakan wewenang pemerintah AS.

“Ini menjadi keputusan kebijakan pemerintah AS,” kata Cahill, dikutip dari Radio Free Asia.

Sementara itu, pemerintah dan angkatan udara Thailand tidak bisa dihubungi untuk permintaan komentar.

Keinginan Thailand untuk membeli jet tempur AS ini menuai respons dari beberapa pengamat. Kedekatan Thailand dengan China disebut bakal menghambat Bangkok memiliki jet asal AS.

Ian Storey, rekan senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, menilai hubungan militer antara Thailand dan China menjadi salah satu alasan AS ragu menjual senjata mereka ke Bangkok.

“Thailand adalah sekutu AS dalam perjanjian, jadi dia cukup kuat. Namun, Amerika bakal tetap mengkhawatirkan teknologi sensitif jet tempurnya yang mungkin dikompromikan oleh militer Thailand ke China,” ujar Storey.

Di sisi lain, ahli militer udara China, Andreas Rupprecht, menyampaikan keinginan Thailand akan jet AS cukup mengejutkan. Ia menilai pergerakan Thailand sekarang adalah lebih kepada China dalam beberapa tahun terakhir.

“Saya berpikir (Angkatan Udara Thailand) akan memilih sesuatu seperti J-10 C buatan China, khususnya setelah jet tempur China mengambil bagian dalam latihan militer sino-Angkatan Udara Thailand,” kata Rupprecht.

Sementara itu, keinginan pembelian jet AS ini juga menuai kritik di Thailand. Beberapa analis menilai keinginan tersebut hanya berdasarkan ‘kepentingan tertentu, bukan pada objektivitas strategis’.

“Keinginan Angkatan Udara Thailand terhadap F-35 merupakan sikap oportunis, karena pemerintah didukung militer kini menjabat, dan militer masuk dalam kekuasaan akibat dua kudeta, yakni pada 2006 dan 2014,” tutur Thitinan Pongsudhirak, pakar ilmu politik di Universitas Chulalongkorn.

“Tidak seperti Jepang, Korea Selatan, atau Taiwan, persepsi ancaman Thailand tak membutuhkan akuisisi F-35. Thailand memiliki hubungan dekat dengan China dan tak ada masalah perbatasan dengan negara tetangga,” ujar Thitinan lagi.

Related posts