Mengelola Media Lokal Tidak Mudah, Tapi Peluang Berkembang Sangat Terbuka

Mengelola Media Lokal Tidak Mudah, Tapi Peluang Berkembang Sangat Terbuka

Lesartweek.com – Sebuah talkshow menarik bertajuk “1001 Siasat Media Lokal untuk Berkembang” digelar secara daring pada Kamis (10/3/2022), dalam rangka peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-8 Lesartweek.com. Acara yang digelar melalui platform video conference Zoom ini bisa disimak secara langsung oleh khalayak di web dan kanal Youtube Suaradotcom.

Di acara yang dipandu moderator Aulia Hafisa ini, hadir tiga narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya. Mereka masing-masing adalah Suwarmin selaku Direktur Bisnis dan Konten Solopos Group, Lucky Lokononto selaku CEO Beritajatim.com, serta Rahim Asyik yang adalah Chief Media Network PT Promedia teknologi Indonesia.

Dalam kesempatannya berbicara, Suwarmin menyebutkan bahwa dalam pandangannya, mengelola media digital saat ini haruslah dengan semangat seperti mengelola sebuah media baru. Apalagi menurutnya, di era seperti saat ini di mana ada disrupsi ganda, yaitu disrupsi dari faktor IT dan disrupsi karena Covid-19.

“Pendekatan kami (dalam pengelolaan di Solopos Group) terutama pertama adalah pada organisasi. Tepatnya, karena kami awalnya adalah media cetak, di mana di awal-awal pendapatannya memang masih lebih dominan ketimbang lini digital,” tuturnya.

Baca Juga:
LIVE STREAMING Talkshow 8 Tahun Suara: 1001 Siasat Media Lokal untuk Berkembang

“Secara organisasi sebenarnya kami tidak membentuk perusahaan baru, tidak membentuk organisasi baru, hanya menyesuaikan. Jika dulu misalnya, konsentrasi SDM kami adalah tiga perempatnya di cetak, sekarang sudah terbali, menjadi tiga perempatnya untuk digital dan sisanya baru yang mengelola cetak,” tambah Suwarmin.

“(Tapi) Saya rasa, era digital ini memberi peluang kepada siapa saja, di mana saja, untuk merebut keberhasilan. Tidak mudah memang melakukannya, karena mengelola media digital tidak cukup sekadar bikin web, tapi perlu juga menyiapkan sistem, SDM yang mendukung, dan lain sebagainya,” sambungnya.

Sehubungan itu, menurut Suwarmin pula, di era disrupsi ini khususnya, apa (langkah kebijakan) yang hari ini diputuskan benar, itu besok bisa saja salah, dan yang hari ini di-launching misalnya, bisa jadi bulan depan harus direvisi karena ternyata salah,” ujarnya.

Sementara itu, Lucky Lokononto pun menceritakan betapa pihaknya belajar banyak dari berbagai pihak, terutama setelah memasuki masa pandemi ini.

“Sebelum pandemi datang, itu kami (Beritajatim) baru namanya saja yang media digital, tapi pengelolaan masihlah model media konvensional, karena kami sebagian besar memang berasal dari media cetak,” paparnya.

Baca Juga:
IMS dan Lesartweek.com Gelar Lokakarya Keberlangsungan Bisnis untuk Media Lokal Program Start up for Media Start up

“Tapi begitu pandemi datang, kami mencoba belajar, antara lain misalnya dengan datang ke Suara dan ke Bandung ke Ayo Group. Dan di situlah kami dapat kesimpulan bahwa mengelola media digital itu belum tentu punya konsep dan praktik serupa satu sama lain,” tambahnya.

“Dalam pengembangan beberapa waktu terakhir, kami yang awalnya diperkuat sekitar 46 orang, terus bertambah hingga kini jadi 60-an orang… Tentu kemudian, dengan menambah orang, konsekuensinya kami pun harus menambah pendapatan. Dan itu antara lain kami lakukan dengan coba melakukan pengembangan sisi bisnisnya,” ungkap Lucky.

Di bagian lain, Rahim Asyik sementara menekankan lebih dulu bahwa apa yang pihaknya sejauh ini coba jalani, bukanlah sesuatu yang “wah” apalagi bisa disebut sebagai strategi yang berhasil.

“Karena ukuran keberhasilan itu sendiri masih butuh beberapa tahun ke depan untuk melihatnya,” tuturnya.

“Kami kebetulan telah mencoba, sembari mempelajari, dua model pemgembangan media-media di bawah sebuah grup. Pertama yaitu melalui model sub-domain, dan satu lagi model portal mandiri,” ujarnya.

“Dalam hal ini, salah satu pertimbangan penting adalah soal pengelolaan dan memperoleh pemasukan dari programmatic atau ad-sense. Di sini kami melihat bahwa media lokal lebih berpeluang mendapatkannya, karena mungin faktor kedekatan atau proximity-nya,” sambungnya.

“Maka, dalam hitungan kami, jika sebuah media lokal itu dikelola 2-3 orang, harusnya sebulan bisa dapat Rp 25 juta-Rp 30 juta. Kalau 5-10 orang, harusnya bisa Rp 50 juta-Rp 100 juta per bulan. Kalau masih belum mendekati itu, berarti ada yang salah di situ, mungkin di sisi kontennya, IT-nya, dan sebagainya,” jelas Rahim.

Sebelumnya, dalam kata pengantar di awal rangkaian acara jelang dimulainya talkshow pertama ini, Suwarjono selaku Pemimpin Redaksi Lesartweek.com dan juga Direktur PT Arkadia Digital Media Tbk, menyampaikan bahwa memang saat ini merupakan era yang penuh tantangan terutama bagi media.

“Ada dua isu di media (saat ini), satu adalah disrupsi media, disrupsi digital, yang kedua adalah pandemi. Ini menjadi tantangan besar bagi media. Tapi, kita bisa senang melihat banyak rekan-rekan di media sejauh ini bisa mengatasinya,” ungkapnya.

“Ini sebenarnya sulit (mengatasi tantangan tersebut). Mungkin saja misalnya kita bisa siap dari segi konten, tapi belum tentu siap dari sisi bisnis. Makanya, kita patut salut dengan media-media yang justru bisa menemukan jalan untuk berkembang, seperti yang diwakili ketiga narasumber talkshow kita kali ini,” tambah Suwarjono.



#Mengelola #Media #Lokal #Tidak #Mudah #Tapi #Peluang #Berkembang #Sangat #Terbuka

Sumber : www.suara.com

Related posts